Tanaman obat atau obat herbal yang disebut
sebagai jamu sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Berbagaimacam jenis obat herbal sudah dikenal sejak dahulu,
dan telah menjadi bagian dari budaya nasional yang menjadi kebanggaan bangsa.
Pengobatan dengan jamu merupakan ilmu pengobatan warisan turun-temurun dari
berbagai suku yang ada di Indonesia.Namun demikian memang kadang-kadang,
beberapa obat herbal memiliki nilai mistik tertentu yamg di bumbui dengan
berbagai cerita legenda yang menyertainya.
Dalam perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan, beberapa jenis obat herbal telah diteliti khasiat &
keamanannya, sehingga bia masuk dalam standar pengobatan kedokteran modern,
atau setelah diteliti kandungan zat aktifnya dapat diolah menjadi obat modern. Sebagai contoh, obat Quinine
(pil kina) untuk pengobatan infeksi malaria yang berasal dari pohon kina
(Cinchona), menjadi salah satu komoditas ekspor utama negeri kita di zaman
kolonialisme Belanda.
Untuk menjaga keamanan masyarakat yang
menggunakannya, pemerintah melalui Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM)
telah memberikan registrasi khusus bagi obat herbal terstandar dengan
registrasi TR (tradisional).
Obat herbal, banyak dikenal sebagai ilmu pengobatan
warisan turun-temurun di berbagai suku bangsa, juga banyak yang menyukai karena
dianggap lebih aman dari obat-obatan modern yang dianggap berbasis bahan kimia.
Klaim ‘tanpa efek samping’ sering disebutkan dalam promosi obat herbal,
meskipun sebagian besar klaim tersebut tidak mencantumkan bukti hasil
penelitian ilmiah sebagai dasarnya.
Selain itu, muncul pula berbagai klaim
bahwa obat herbal efektif untuk pengobatan berbagai penyakit, dari mulai
penyakit ringan sampai penyakit yang serius & mematikan seperti hepatitis,
kanker, sampai HIV/AIDS. Iklan obat herbal yang mencantumkan klaim pengobatan
jika tidak memiliki bukti ilmiah yang mendukungnya adalah suatu hal yang tidak
etis & bisa dianggap sebagai penipuan.
Pada tahun 2008, Departemen Kesehatan AS
melalui National Center for Complimentary & Alternative Medicine (NCCAM)
secara resmi mengeluarkan buku petunjuk obat herbal berjudul ‘Herbs at a
Glance’. Dalam buku tersebut dibahas mengenai berbagai obat herbal yang banyak
beredar di AS, yang sebagian besar ada & telah dijual pula di Indonesia,
misalnya daun lidah buaya, ginseng, bilberry, echinacea, efedra, bawang putih,
jahe, ginkgo, teh hijau, noni/mengkudu, kedelai, kurkuma, dst.
NCCAM selama beberapa tahun terakhir telah
melakukan penelitian sendiri maupun bekerja sama dengan berbagai lembaga lain
untuk mengetahui efektivitas & keamanan berbagai obat herbal. Hasil
berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak klaim mengenai keampuhan
obat herbal untuk pengobatan berbagai penyakit sebagian besar tidak benar,
sedangkan sebagian lainnya belum berhasil ditemukan buktinya.
Dari hasil penelitian itu pula beberapa
obat herbal terbukti memiliki efek samping yang cukup serius yang dapat
mengganggu kesehatan penggunanya sehingga tidak boleh digunakan secara
sembarangan. Selain dari itu, banyak obat herbal belum pernah diteliti
keamanannya untuk digunakan oleh ibu hamil & anak, sehingga tidak
dianjurkan untuk digunakan oleh ibu hamil & anak.
Dalam berbagai penelitian yang telah
dilakukan itupun belum meneliti mengenai keamanan penggunaan obat herbal dalam
waktu yang lama, sementara itu banyak orang di Indonesia justru menggunakan
obat herbal secara rutin atau dalam waktu yang panjang.
Sebagian besar obat herbal juga belum
banyak diteliti interaksinya dengan obat herbal jenis lain ataupun obat modern.
Sedangkan justru saat ini sangat banyak produk obat herbal dijual dalam bentuk
racikan dari berbagai jenis obat herbal atau digunakan bersama dengan obat
modern, baik yang dijual bebas ataupun resep dokter, sehingga harus digunakan
dengan hati-hati untuk mencegah interaksi obat yang merugikan penggunanya.
Untuk obat-obatan herbal yang telah
terbukti efektif untuk mencegah atau mengobati penyakit, masih banyak yang
belum dapat ditentukan dosis (takaran) yang tepat dari segi jumlah, frekuensi,
maupun lama penggunaan sehingga efektif & aman digunakan tanpa menimbulkan
efek samping yang serius.
Pengujian obat seharusnya dilakukan secara
ilmiah, bukan dilakukan dengan menjadikan masyarakat sebagai kelinci percobaan,
sebagai obyek coba-coba atau menunggu penggunanya menjadi korban.
Untuk segala lapisan masyarakat, sebaiknya
gunakan obat herbal dengan bijak. Kewaspadaan ini adalah untuk menghindari efek
samping yang dapat mengganggu kesehatan ataupun merugikan secara materi. Mengingat
begitu banyaknya produk obat herbal gencar diiklankan di berbagai media atau
dipasarkan ‘dari pintu ke pintu’ dengan harga yang mahal, namun efektivitas
& keamanannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah.
Mas RK Wintolo yang baik,
BalasHapus"Dari hasil penelitian itu pula beberapa obat herbal terbukti memiliki efek samping yang cukup serius yang dapat mengganggu kesehatan penggunanya sehingga tidak boleh digunakan secara sembarangan" - Sebaiknya statement ini dibarengi dengan daftar obat herbal mana yang dimaksud "memiliki efek samping yang cukup serius" agar tidak timbul efek generalisasi bagi obat herbal yang justru sebagian besarnya aman dipakai.
Kita juga perlu waspada akan usaha "black marketing" dari pihak barat yang disponsori perusahaan2 farmasi raksasa yang sudah menghabiskan mliyaran dollar untuk R&D obat-obat farmasi/kimia mereka.
Sesungguhnya, pengobatan herbal bukan hanya melihat efek terapetisnya saja, namun ada filosofi, tradisi dan budaya yang mengiringi perjalanan pengobatan herbal berabad-abad lamany di dunia timur termasuk di sini adalah TCM (Traditional Chinese Medicine), Ayurveda (India) dan Jamu Traditional (Indonesia)
Di Cina dan India, pengembangan dunia kedokteran modern mereka sudah mengedepankan pengobatan herbal .....dan tampaknya sistim dan tehnik pengobatan mereka sudah mulai dilirik oleh konsumen dari seluruh dunia .....
Saatnya Indonesia mengedepankan Pengobatan Jamu Tradisionalnya, karena itu warisan yang tak ternilai. Jangan biarkan resep-resep jamu yang tersimpan di Kraton Surakarta hanya sekedar tulisan dan tidak dimanfaatkan oleh generasi penerus ...
Sekedar masukan .... Bambang Irawan http://www.facebook.com/unobirawan