Kamis, 25 April 2013

Perlu Hati-hati dalam Menggunakan Obat Herbal


Tanaman obat atau obat herbal yang disebut sebagai jamu sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Berbagaimacam  jenis obat herbal sudah dikenal sejak dahulu, dan telah menjadi bagian dari budaya nasional yang menjadi kebanggaan bangsa. Pengobatan dengan jamu merupakan ilmu pengobatan warisan turun-temurun dari berbagai suku yang ada di Indonesia.Namun demikian memang kadang-kadang, beberapa obat herbal memiliki nilai mistik tertentu yamg di bumbui dengan berbagai cerita legenda yang menyertainya.

Dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, beberapa jenis obat herbal telah diteliti khasiat & keamanannya, sehingga bia masuk dalam standar pengobatan kedokteran modern, atau setelah diteliti kandungan zat aktifnya dapat diolah menjadi  obat modern. Sebagai contoh, obat Quinine (pil kina) untuk pengobatan infeksi malaria yang berasal dari pohon kina (Cinchona), menjadi salah satu komoditas ekspor utama negeri kita di zaman kolonialisme Belanda.

Untuk menjaga keamanan masyarakat yang menggunakannya, pemerintah melalui Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM) telah memberikan registrasi khusus bagi obat herbal terstandar dengan registrasi TR (tradisional). 


Obat herbal, banyak dikenal sebagai ilmu pengobatan warisan turun-temurun di berbagai suku bangsa, juga banyak yang menyukai karena dianggap lebih aman dari obat-obatan modern yang dianggap berbasis bahan kimia. Klaim ‘tanpa efek samping’ sering disebutkan dalam promosi obat herbal, meskipun sebagian besar klaim tersebut tidak mencantumkan bukti hasil penelitian ilmiah sebagai dasarnya.

Selain itu, muncul pula berbagai klaim bahwa obat herbal efektif untuk pengobatan berbagai penyakit, dari mulai penyakit ringan sampai penyakit yang serius & mematikan seperti hepatitis, kanker, sampai HIV/AIDS. Iklan obat herbal yang mencantumkan klaim pengobatan jika tidak memiliki bukti ilmiah yang mendukungnya adalah suatu hal yang tidak etis & bisa dianggap sebagai penipuan.

Pada tahun 2008, Departemen Kesehatan AS melalui National Center for Complimentary & Alternative Medicine (NCCAM) secara resmi mengeluarkan buku petunjuk obat herbal berjudul ‘Herbs at a Glance’. Dalam buku tersebut dibahas mengenai berbagai obat herbal yang banyak beredar di AS, yang sebagian besar ada & telah dijual pula di Indonesia, misalnya daun lidah buaya, ginseng, bilberry, echinacea, efedra, bawang putih, jahe, ginkgo, teh hijau, noni/mengkudu, kedelai, kurkuma, dst.

NCCAM selama beberapa tahun terakhir telah melakukan penelitian sendiri maupun bekerja sama dengan berbagai lembaga lain untuk mengetahui efektivitas & keamanan berbagai obat herbal. Hasil berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak klaim mengenai keampuhan obat herbal untuk pengobatan berbagai penyakit sebagian besar tidak benar, sedangkan sebagian lainnya belum berhasil ditemukan buktinya.

Dari hasil penelitian itu pula beberapa obat herbal terbukti memiliki efek samping yang cukup serius yang dapat mengganggu kesehatan penggunanya sehingga tidak boleh digunakan secara sembarangan. Selain dari itu, banyak obat herbal belum pernah diteliti keamanannya untuk digunakan oleh ibu hamil & anak, sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan oleh ibu hamil & anak.

Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan itupun belum meneliti mengenai keamanan penggunaan obat herbal dalam waktu yang lama, sementara itu banyak orang di Indonesia justru menggunakan obat herbal secara rutin atau dalam waktu yang panjang.

Sebagian besar obat herbal juga belum banyak diteliti interaksinya dengan obat herbal jenis lain ataupun obat modern. Sedangkan justru saat ini sangat banyak produk obat herbal dijual dalam bentuk racikan dari berbagai jenis obat herbal atau digunakan bersama dengan obat modern, baik yang dijual bebas ataupun resep dokter, sehingga harus digunakan dengan hati-hati untuk mencegah interaksi obat yang merugikan penggunanya.

Untuk obat-obatan herbal yang telah terbukti efektif untuk mencegah atau mengobati penyakit, masih banyak yang belum dapat ditentukan dosis (takaran) yang tepat dari segi jumlah, frekuensi, maupun lama penggunaan sehingga efektif & aman digunakan tanpa menimbulkan efek samping yang serius.

Pengujian obat seharusnya dilakukan secara ilmiah, bukan dilakukan dengan menjadikan masyarakat sebagai kelinci percobaan, sebagai obyek coba-coba atau menunggu penggunanya menjadi korban.

Untuk segala lapisan masyarakat, sebaiknya gunakan obat herbal dengan bijak. Kewaspadaan ini adalah untuk menghindari efek samping yang dapat mengganggu kesehatan ataupun merugikan secara materi. Mengingat begitu banyaknya produk obat herbal gencar diiklankan di berbagai media atau dipasarkan ‘dari pintu ke pintu’ dengan harga yang mahal, namun efektivitas & keamanannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

1 komentar:

  1. Mas RK Wintolo yang baik,

    "Dari hasil penelitian itu pula beberapa obat herbal terbukti memiliki efek samping yang cukup serius yang dapat mengganggu kesehatan penggunanya sehingga tidak boleh digunakan secara sembarangan" - Sebaiknya statement ini dibarengi dengan daftar obat herbal mana yang dimaksud "memiliki efek samping yang cukup serius" agar tidak timbul efek generalisasi bagi obat herbal yang justru sebagian besarnya aman dipakai.

    Kita juga perlu waspada akan usaha "black marketing" dari pihak barat yang disponsori perusahaan2 farmasi raksasa yang sudah menghabiskan mliyaran dollar untuk R&D obat-obat farmasi/kimia mereka.

    Sesungguhnya, pengobatan herbal bukan hanya melihat efek terapetisnya saja, namun ada filosofi, tradisi dan budaya yang mengiringi perjalanan pengobatan herbal berabad-abad lamany di dunia timur termasuk di sini adalah TCM (Traditional Chinese Medicine), Ayurveda (India) dan Jamu Traditional (Indonesia)

    Di Cina dan India, pengembangan dunia kedokteran modern mereka sudah mengedepankan pengobatan herbal .....dan tampaknya sistim dan tehnik pengobatan mereka sudah mulai dilirik oleh konsumen dari seluruh dunia .....

    Saatnya Indonesia mengedepankan Pengobatan Jamu Tradisionalnya, karena itu warisan yang tak ternilai. Jangan biarkan resep-resep jamu yang tersimpan di Kraton Surakarta hanya sekedar tulisan dan tidak dimanfaatkan oleh generasi penerus ...

    Sekedar masukan .... Bambang Irawan http://www.facebook.com/unobirawan

    BalasHapus